gemuruh-gemuruhku
gemuruh cintaku
gemuruh kasihku
gemuruh sayangku
gemuruh cemburuku
gemuruh pikiran mencari fakta nyata yang sudah jelas ada
gemuruh akal menimbang syari'at tuk berjihad menghadapi yang jahat
gemuruh jiwa cemburu dirayu merayu yang telah menyatu syahdu pada nafsu
gemuruh hati ternoda cinta sejati berjanji sampai mati namun dihianati
gemuruh tak peduli pemberi rizki tuk hidup dibumi
cintaku padamu tak terbatas
kasihku padamu tak terhingga
sayangku padamu tak berujung
cinta kasih sayangku menembus masa
cintaku padamu kilau cahaya cintanya padamu
kutenggelamkan cinta kasihku padamu di samudera kehendak takdirnya
tak ada kata cinta kecuali padamu sebagai wujudnya
syukurku padamu bagai kumbang yg menemukan madu dikelopak bunga
syukurku padamu bagai bumi menerima curah hujan
syukurku kepadamu bagai malam tersinari cahaya rembulan
kini aku sudah sampai pada batas kepasrahanku sebagai hamba
mari kita rangkai bunga-bunga cinta abadi dengan benang syari'at dan tauhid
agar perjalanan cinta kita selamat tuk berjumpa dengannya
cm. hizboel wathony
27-10-2010
Gemuruh dada sesak
membaca ungakapanmu pada sebuah puisi
tersanjung merona..
walau persembahan ini ntah untuk siapa
harapanku ada padaku
Linangan air mata menitik
bahagia...
sepucuk mawar pada puisi telah terkirim dipagi ini
Duhai kasih
terkadang kesucian cinta ini ternoda oleh nafsu dan dzon
membawaku pada cemburu
Duhai kasih
ingin rasanya cinta ini utuh hanya padaku
tapi kehendak Tuhan lain
terbagi pada mawar lainnya
Cintapun pasrah pada kepatuhanku pada -NYA
Dengan pengabdiaku atas cinta
tetap... akan selalu utuh padamu
Dan ada karena -NYA
~Mawarmu yang akan terus mewangi dihatimu...~
Latifah Hizboel
27-10-2010
sepucuk mawar bermata dua, mawar cinta suami dan mawar kasih istri. Hmh ... semburatnya menyinari pagi di hati perawan. Nice post, Teh ...
BalasHapusBarakallah
Teh, saat awal baca puisi pertama, kupikir gayamu mulai berubah. Bait kedua dan seterusnya, nampak makin beda. Eeehhh ternyata itu tulisannya Pak Hizboel ya?
BalasHapusSungguh serasi ...
Ceu Anie @ Yang bikin beda ada 'kata kumbang' nya ya Ceu ? hehehe
BalasHapusHaturnuhun piduana wae nya ...Insyaallah.
Duh.. ini khusus untuk Bu Ateh ya? Ehmm..
BalasHapusbukan kumbang-nya, Teh ... tapi terletak pada 'rasa'. Duh, gimana ya neranginnya. Susah dikatakan tapi bisa dirasakan.
BalasHapusMba Ajeng @ Hmmm...begitulah mba...hehe
BalasHapusCeu Anie @ Iya ceu saya paham, begitulah suamiku kalo nulis puisi...
Disini ada kumpulan2 puisinya http://kalammunajat.blogspot.com
tukeran link yuk...saya sudah pasang link blog ini di blog saya..periksa aja dulu...kalau ok, mohon add link saya, namanya "Bolehngeblog"..trims
BalasHapustrims sudah add blog saya..
BalasHapusSubhanallah... Sepucuk mawar yg menginspirasi dan mencerahkan. Aq selalu takjub menyimak puisi2 di blog ini.
BalasHapusDzadjakillah khairan katsira :)
Penggunaan diksi yang semakin bagus dan berkualitas. Juga makna yang sangat dalam dikemas menjadi puisi indah. Renungan sekaligus 'rasa' yang manusiawi.
BalasHapusgemuruh cinta...gemuruh hati..kerana cintaNya dikau begini..gemuruh cinta...gemuruh hati..kerana cintaNya kau abadikan diri..salam pkenalan...
BalasHapus