Laman

Rabu, 03 Juni 2009

Sebuah pengorbanan hati

   Kebahagiaan dipagi yang cerah, langit pun tampak ramah melindungi kami dari guyuran hujan, berharap acara berlangsung sukses dan lancar, senyum bahagia dan pertemuan kami antar keluarga pun begitu nikmat terasa, acara demi acara berlangsung khidmat, dan kakakku yang sulung pun resmi menjadi suami dari istrinya.

   Cerahnya langit sedikitpun tak menandakan mendung yang berarti akan turunnya hujan, seharian penuh aku nikmati bersama keluarga tercinta. Dari kehangatan dan kebahagiaan yang tiada tara. Dinding hatipun tak ada tanda getaran akan ada gempa hati. Lelahpun tak terasa dari kesibukan yang sangat menguras energi, yang hadir hanyalah kebahgiaan.


   Waktupun berlalu, kami harus berpisah dari kebersamaan yang baru saja berlangsung, dari arah Banten dimana resepsi Kakak berlangsung akupun pulang menuju Jakarta dimana aku tinggal bersama suami.

   Saat sampai kerumahpun, dinding hati tak bergetar sedikitpun, semua biasa-biasa saja. Hari kian merangkak, malam pun kian larut. Tapi kenapa mataku sulit untuk kupejamkam, tak ada rasa kantuk. Saat itu suami, sedang ada keperluan untuk keluar rumah. Jadi tinggalah aku sendiri dikamar dengan mata tak hadirkan kantuk.

   Sebuah laptop milik suami tergeletak seperti biasa dimeja kamar, dan akupun sering memakainya, hanya untuk mengisi waktuku, aku buka laptop yang ada dimeja, aku membuka file picture hasil resepsi kakak tadi pagi, akupun larut dengan hasil foto-foto itu, begitu indah gumamku, aku coba untuk next terus menerus foto-foto itu, tapi ...akh...senyumku berubah, tegang...dadaku sesak tersedak, kepalaku berat...tak percaya apa yang ada dihadapanku kini.

   Sebuah foto wanita lain bersama suamiku, cukup mesra. Dan wanita itu telah kukenal baik. Begitu banyaknya foto itu, membuatku tak kuasa lagi...akupun lunglai...lemas.

   Kucoba Asma-NYA terus menerus kusebut, agar kekuatanku tetap teguh. Kututup kembali laptop yang nyaris membuatku kekuatan roboh.

   Tak lama suamipun pulang, aku berusaha setenang mungkin menghadapinya. Kutanyakan lembut akan perihal foto-foto itu, tanpa harus menunggu suamiku berkata jujur, semua itu telah terjadi dan wanita itu telah resmi menjadi istrinya.

   Aku hanya mampu terdiam, tersekat, sambil meremas-remas jariku tanpa kusadari.
Tatapanku kosong, serasa harapan pupus sudah, rasanya bulan tak ingin menampakakn keteduah malamnya lagi untukku.

  Semua pun kini kujalani dengan likunya hidup satu wilayah, dari rumah kami yang berhadapan. Semua telah menjadi pilihanku, rela berbagi, jadi harus kuterimanya konskwensi hidup berbagi dengan wanita lain.

***********

~ Kisah ini aku ikut sertakan dikontes Berbagi kisah sejati yang diselenggarakan oleh Anazkia.blogspot.com dan Denaihati.com , hanya sebuah kisah biasa dari seorang wanita yang rela membagi hatinya, demi kebahagiaan dan keharmonisan keluarga. Sebuah pilihan yang berat tapi sudah ketentuan Tuhan yang tak dapat ditawar lagi.


20 komentar:

  1. Pertamax dulu ah...Mengamankan posisi

    BalasHapus
  2. Kesabaran anda luar biasa, berbagi itu indah bila kita selalu melihat kebaikannya dan positif thinking!
    Selamat berkarya...semoga kebahagiaan selalu melekat dihati Anda! Amin!

    BalasHapus
  3. Ketabahan adalah matahari teh. Sing sabar nya...

    Oya, aya ewot kangge eteh di Sastra Culun, candaknya...

    Semoga kontesnya menang teh.

    BalasHapus
  4. Suatu kisah sejati yang mengharukan dan jangan terjadi lagi! Semoga kesuksesan dan kebahagiaan Mbak Latifah dapatkan! Amin!

    BalasHapus
  5. hhhhmmm.....kalo yang ini aku percaya adalah kisah sejati! dan benar-benar sejati!
    Keep Smile Teh! jadi ingat pada sebuah perbincangan ya teh!

    BalasHapus
  6. Subhanllah ...
    Allah telah memilih Ateh. Tetap sabar dan ikhlas, ya. Allah telah menyimpan tiara indah untukmu kelak.
    Semoga berhasil kontesnya, ya!

    asa tos lamiiii teu sms-an. Eh, geura candak ewot di abdi.

    BalasHapus
  7. berkunjung sob..numpang liwat...

    BalasHapus
  8. deuh....pasti berat banget....

    BalasHapus
  9. kita ini hidup bagaikan lilin itu perlu,
    tapi kita juga tau diri,akan kah kita selalu membakar diri kita demi kesenangan orang lain,sekiranya kita penting kenapa engga?
    semua itu harus imbang,,,,
    key it's good....

    BalasHapus
  10. apakah ini kisah nyata teh?laki-laki emang tega ya?walau tidak semua tega.Seharusnya dulu sebelum di nikahinya minta garansi.Btw, semoga menang kontes ya.

    BalasHapus
  11. Assalamu'alaikum...

    Maaf, Mbak lambat ke sini. Mbak Ateh nggak nagsih link sih.. *alesan* hehehe...

    Subhanallah... Ceritanya meskipun singkat langsung mengena. Makasih banyak, Mbak sudah berpartisipasi. Linknya Anaz kirim ke juri :)

    BalasHapus
  12. Saya tidak mampu berkomentar kali ini. Tapi semoga semuanya berakhir indah ya, mbak.

    Sekalian mau pamitan,...saya dalam perjalanan menjenguk ibu.

    BalasHapus
  13. saya ngga' bisa komentar *ngikut bang ivan* tapi enggak, aku beneran takut berkomentar, semoga allah memberi kesabaran seutuhnya, dan hmmm... apa ya bingung hehe

    BalasHapus
  14. Semoga Allah selalu membahgaiakan mbak dunia akhirat, Allahumma aamiin. maafkan sy selalu terlambat...:)

    BalasHapus
  15. Aku yakin... kesabaran, keikhlasan dan pengorbanan mbak tak akan sia2. Allah telah menyiapkan hadiah terindah untuk Mbak Ateh.
    Mbak sungguh istimewa, tak banyak wanita yg mampu menjalani semua itu... termasuk aku.

    BalasHapus
  16. Selamat ikut kontes ya mbak... semoga menang. Amin.

    BalasHapus
  17. Apa yg mesti kukatakan disini ?

    BalasHapus
  18. Hmm.....cerita ini akan menjadi saingat berat bagi yang lain. hehehe.
    Kabar baik teh?

    BalasHapus
  19. orang yang mengorbankan hatinya adalah orang yang tulus

    BalasHapus
  20. dengan mengorbankan hati kita kepada orang lain berarti kita mengasihinya sepenuh hati

    BalasHapus

Dengan senang hati kami menerima komentarmu sahabat ,Terimakasih !

Bookmark and Share