Dalam benaknya berkecamuk berpuluh pikiran…
Dia teringat kemarin baru saja mereka berdua bertengkar hebat hanya karena perkara yang remeh ….
Dia teringat bulan lalu dia memberitahukan pada istrinya bahwa dia sedih akibat perkataan dan perilaku nya dalam kehidupan sehari-hari…
Dia teringat berapa banyak dia telah membuat marah istrinya …
Dia teringat berapa banyak dia telah menyakiti perasaan istrinya…
Dia teringat berapa banyak dia telah mengatakan pada istrinya kalimat-kalimat yang telah dia ketahui akan membuat istrinya bersedih…
Berguguranlah air matanya menetes keatas tubuh istrinya yang tergolek tak berdaya dipelukkanya .Air mata itu melukiskan berjuta rasa yang memenuhi dadanya Dia memanggil-manggilnya supaya jangan pergi { meninggal }.Dia memanggil-manggilnya agar kembali karena dia tak sanggup hidup tanpanya .Dia memanggil-manggilnya atas nama cinta diantara keduanya agar dia mau menjawabnya.
Namun tubuhnya istrinya telah diam untk selama-lamanya,setelah itu dia menyadari bahwa perasaannya telah mati.Tetapi semuanya telah terlambat.Sebuah pertanyaan muncul dalam benak saya setelah mendengar kisah sedih itu .
“Mengapa kita selalu menunggu dan menunggu datangnya musibah untuk memberitahukan betapa berharganya sesuatu yang kita miliki?’
“Mengapa kita tidak merasakan cinta kecuali setelah kita kehilangan dia ?”
“Mengapa kita tidak menyadari nilai sebuah persahabatan ,keluarga , paras wajah , dan manusia kecuali setelah semua itu lenyap?”
Ada juga sebuah pertanyaan yang tak kalah pentingnya :
“Mengapa berbagai permasalahan harian yang kita anggap gawat dan kritis Nampak kecil ketika terjadi tragedy?”
‘Mengapa kita baru menganggap kecil permasalahan yang kita hadapi pada waktu terjadinya berbagai musibah ?”
Wahai para suami yang bijak ….
Wahai para istri yang cerdas…..
Perhatikanlah nikmat yang ada pada kalian saat ini.
Perhatikanlah besarnya karunia Allah berikan pada kalian .Perhatikanlah segala sesuatu yang ada disekeliling kalian dengan memperbanyak ucapan,”Wahai Rabb,tolonglah hamba untuk selalu bersyukur atas nikmat-Mu.”
Sungguh segala permasalahan akan berkurang ketika kita merasakan berbagai kenikmatan itu.
Kita akan mencintai setiap orang disekeliling kita ketika kita menyadari betapa singkatnya hidup ini.Sangat singkat apabila kita menghabiskannya dengan caci maki ,pertikaian , dan perpecahan .
“ Sikap qonaah dan rakus keduanya adalah kekayaan dan kemiskinan .Barangkali orang yang miskin itu lebih kaya darimu. Dan bisa jadi orang kaya itu lebih miskin darimu.”
Kita akan merasa merasa bahagia apabila menyadari bahwa hidup kita amat berharga.Lebih berharga dari sekadar bualan dan omong kosong.
ALLAH # berfirman :
‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur ,pasti kami akan menambah { nikmat } kepadamu.{ Ibrahim { 14 }:7}
Berapa banyak kita harus bersyukur kepada Allah atas nikmat rumah yang kita singgahi meskipun kecil.
Berapa banyak kita harus bersyukur kepada Allah atas lemari es yang berisi berbagai makanan didalamnya , atas anak yang lahir dengan selamat , dan para sahabat yang mencintai kita .
Sesungguhnya dengan merasakan besarnya berbagai nikmat Allah,mengetahui hakikat kehidupan kita karakeristiknya.merupakan langkah awal untuk meraih sebuah kehidupan yang bahagia.
Alangkah indah syair yang didendangkan Ibnu Arr-Rumi :
Andaikata Allah tak mengenakan padamu jubah kesehatan
Dan tak pula menyediaka padamu makanan
Maka takkan baik keadaan orang yang bermegah-megahan
Karena mereka hanya sekedar memakai apa yang dikaruniai-Nya
# Penjara hidup yang palin keras adalah pikiran sedih yang mengukung jiwa kita #
Sumber Karim As-Sadzili penterjemah Fursan Mahbud
Siip, cerita yang menggugah. Selamat pagi Ateh.
BalasHapusCeritanya sangat menyentuh, yang diakhiri dengan pencerahan yang mantap.
BalasHapusNice posting teh.
sangat menyentuh hatiku mbak.....
BalasHapusManusia yang paling bahagia adalah manusia yang memiliki hati yang dapat mengetahui bahwa Allah senantiasa bersamanya, memiliki jiwa yang sabar dan Qona'ah atau menerima dengan ikhlas terhadap apa yang di miliki.
@ ALL: Semoga cerita ini menjadikan suatu pembelajaran untuk menjalani kehidupan ini...amin.Terimakasih kembali.
BalasHapusmaka ku jawab "Ku tak kan pergi" :)
BalasHapuskisah yang menarik, saya jadi teringat buku Imam Al-Ghazali, sudah seharusnya jangan menyia2kan hidup, untuk selalu mencintai ALLAH SWT dan RasulNya, juga semua mahluk ciptaan-Nya. agar jgn sampai terjadi penyesalan yang sia2 dan penyesalan yang tiada berakhir seperti kisah diatas.
terimakasih telah menggugah saya kembali, dengan kisah sangat menarik diatas mengandung makna yang dalam :)
crita yg menarik... bleh jd iktibar heh heh
BalasHapuslam kenal juga. makasih dah mampir ke blog aku.
BalasHapusSalam kenal juga,terima kasih sudah mampir ke blog aku.Ehm..sering memang kita tidak akan tau seberapa berharganya sesuatu itu sampai kita kehilangan.
BalasHapusCerita yg menarik, semoga dpt jd pencerahan buat kita semua, bhw sejatinya kita hrs menghargai dan mencintai org yg mendampingi kita.
BalasHapus@ Tito : hehe ada -ada aja..terimakasih ya.
BalasHapus@C ikgu adham :silakan ...
@ sang Cerpenis bercerita : terimakasih kembali mba telah sudi mampir ke blogku...
@ Ajeng :Terimakasih kembali..
@ Tisti Robbani :Betul mba..terimakash ya.
Mampir dulu neh mbak, belum sempet mbaca... I Alloh, ntar malem kesini lagi ya...
BalasHapus@ Buwel : Hehe..dikunjungi aja dah seneng kang..makasih ya kang...
BalasHapuspegang erat "Niat dan Tujuan" sampaikan kepada pikiran dan jiwa, terus dan terus diperbaharui.
BalasHapus"Penjara hidup" yang paling gelap adalah tertutupnya nilai-nilai niat dan tujuan,
pahatkan keduanya karena Allah, tautkan keduanya kepada Allah,
segala yang terjadi adalah pembelajaran untuk kita lebih baik, dan itu yang terbaik.
salam malam ......
" Lupakanlah kedukaan niscaya ia melupakanmu, jika engkau memikirkannya ia pun memberatkanmu "
BalasHapus'maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang telah engkau dustakan'
BalasHapusmerinding teh...
nice share...
@ Ence abdurrohim : Salam malam juga...
BalasHapus@ Sikumb@ng : terimakasih bang ...
Itulah, kenikmatan yang ada di depan mata seringkali terlewatkan.
BalasHapusSetelah kenikmatan itu diambil dari hidup kita, barulah terasa berharganya apa yang pernah kita miliki sebelumnya.
Nice post mbak.., sangat mencerahkan.
mbak... makasih sharingnya... udah mengingatkan aku...
BalasHapusMenurut saya pribadi, ini adalah sebuah karya sastra bergenre "meditasi dan zikir hati" top banget, mbak Latifah.
BalasHapusSebuah cerpen sufistik yang menarik dan menggugah. Mudah-mudahan al adawiyah baru telah muncul, tapi tidak seperti adiwiyah yang "sendiri".
BalasHapusOk, neng geulis, truslah menulis siapa tauk jadi cerpenis yang tidak berkumis, hehehe....
betul betul ini cerita yang sangat menyentuh ampe merinding yang baca... makasih ya teh!!
BalasHapusPenggabungan yang luar biasa mbak antara cerita dan renungan
BalasHapusmuatab abis n thank's ya mbak buat sharingnya
Kesan yang mendalam pada postingan ini membuat saya mampir untuk membacanya kembali.
BalasHapus"Karena Cinta dan demi Cinta langit dan bumi diciptakan, dan atas dasarnya makhluk diwujudkan, demi Cinta seluruh planet beredar dan dengannya pula semua gerak mencapai tujuannya serta bersambung awal dan akhirnya. Dengan Cinta semua jiwa meraih harapannya dan mendapatkan idamannya serta terbebaskan dari segala yg meresahkannya".
BalasHapusTulisan yg bagus!. Tersentuh hati membacanya.
Semoga saudara kita yang singgah ke sini pada sehat semua sukses selalu
BalasHapusamin teh cuman mampir belum baca-baca nih
Semoga saudara kita yang singgah ke sini pada sehat semua sukses selalu
BalasHapusamin teh cuman mampir belum baca-baca nih