Laman

Rabu, 30 Juni 2010

Semoga Moralitas dan Budaya kita selalu ada pada habitatnya


   Dulu dizaman ku masih remaja  cipika cipiki ( cium pipi kanan cium pipi kiri ), pegangan tangan, pelukan dan duduk berdampingan dengan lawan jenis sangat tabu sekali, karena kebetulan   dilingkungan keluargaku  cukup fanatik dengan agama, ntah dengan remaja lainnya, karena melihat teman-teman saat itupun budaya timur sudah jelas tidak membudaya.


   Alhamdulillah saat itu keluarga besar kami tak memiliki Televisi dan radio  , alasan orang tua kami televisi saat itupun tontonannya sangat tidak mendidik, bukan tak ingin membeli,  tapi suatu pendidikan moral untuk kami, informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan kami hanya membaca dari media tulis seperti Koran harian dan majalah. Dan bila ingin menonton paling ngumpet –ngumpet ketetangga ( hehe ). Untuk mba Winny Widyawati  pemilik blog Telagaku silakan tanya tentang semua ini pada adikku Siti Aminah yang kebetulan guru dari putri mba Winny Widyawati di SDIT dimana putri mba Winny sekolah. 

  Sebelum Orang tua kami melarang ini-itu kepada kami mereka membekali dahulu dengan dasar agama yang kuat agar kami tidak melenceng dari ketatnya pendidikan mereka. Alhamdulillah dengan cara pendidikan orang tua seperti itu, banyak sekali manfaatnya, seperti prestasi kami disekolah menonjol karena fokus dengan belajar.

  Nah saat ini, mungkin orangtua zaman sekarang sudah jarang sekali yang melakukan hal demikian, termasuk saya sendiri menerapkan kepada anak-anak kami, rasanya sulit sekali. Ada rasa tak tega untuk tidak memberikan sekedar informasi dan hiburan lewat media tulis.

  Sedangkan televisi saat ini sudah tak ada batas sedikitpun,  yang layak tayang bagi anak-anak sudah sama rata dengan tontonan dewasa. Dulu hingga saat inipun batasan dan peringatan seperti untuk 17thn keatas atau khusus dewasa, tapi ditayangkan pada siang hari atau dimana anak-anak ada kesempatan utuk menonton. Dari gaya bicara, berpakaian dan sikap yang dicontohkan oleh artis-artis kita lewat sinetron yang tumbuh bagai jamur, hampir tiap waktu ditayangkan, sedangkan yang menonton anak-anak dibawah umur.

  Tanpa disadari acting mereka ditiru oleh anak-anak kita, dengan mempraktekannya, seperti melawan orang tua, berpakaian minim, bicara yang tidak sopan dng alasan gaul, melakukan yang seharusnya mereka belum boleh dilakukannya seperti pacaran melampaui batas. 

Disini siapakah yang salah ? kita sebagai orang tua-kah atau televisi yang memproduksi tayangan-tayangan  yang tak layak itu ? Ntahlah…

   Kita kembalikan pada diri kita sebagai orang tua, dengan kasih sayang kita kepada anak-anak , jangan lah memanjakan anak-anak dengan alasan agar mereka bahagia, lantas mereka kita buai dengan memberikan kebebasan menonton televisi, menggunakan internet tanpa didampingi, memberikan handphone yang berpasilitas untuk mengakses hal-hal yang tabu untuk anak-anak.

  Insyaallah walau budaya bangsa kita saat ini sudah bukan pada habitatnya yaitu budaya timur, tapi kita usahakan semaksimal mungkin kita terapkan budaya moralitas terhadap keluarga kita terlebih dahulu, itu lebih penting dan lebih baik mungkin untuk menjaga rusaknya moralitas anak-anak kita.

******

 * Postingan kolaborasi bersama antar blogger ini, yang di pelopori oleh Trimatra sang pencetus Ide. Semoga dengan postingan antar blogger ini, menghantarkan moralitas dan budaya kita kejenjang yang lebih baik lagi untuk negeri dan masa depan anak-anak bangsa indonesia. Kuucap terimaksih banyak kepada Trimatra yang telah mengingatkan kami dari ide briliantnya.

20 komentar:

  1. dulu anak gadis malu kalau betisnya kelihatan sekarang malah seperti ayam pamer paha dimana-mana, sebuah dosa yang tidak disadari, ahli penghapal Al Qur,an lelaki yang melihat betis aja hilang hapalannya 10 just jaman nabi , sekarang pandangan kita betul-betul harus dipelihara, begitu rusaknya akhlak generasi muda sekarang

    BalasHapus
  2. tausiyah yang mantabb buat saya, moral ibarat tanaman bunga,mestinya ditanam di Pot bernama agama agar tidak melenceng dari aturanNYA.
    Btw, siti aminah blognya apa ya? Hehehe,pnasaran :)
    Trimakasi atas partisipasinya,,

    BalasHapus
  3. pekerjaan Rumah yang berat bagi kita semuanya terutama Guru sebagai Garda terdepan pembentukan Karakter,Budaya dan Moral.

    BalasHapus
  4. setaw ane, menghukumi sesuatu tu t'bagi dalam 2 bgian: hukum benda n hukum perbuatan. dari hukum bnda, TV tuh g masalah. yg masalah tuh hukum perbuatan org yg mgunakannya. So, mgkn bangsa neg perlu sebuah cermin besar ut bsa memperbaiki kerusakan yg tlah dbuatnya. Smoga sj, bangsa yg t'hormat neg bsa menjaga kehormatannya. amin.

    BalasHapus
  5. Artikel yang menarik sekali. saya tunggu artikel2 selanjutnya yang lebih menarik dan sukses selalu.thx

    BalasHapus
  6. Seandainya semua elemen bangsa ini menyelimuti dirinya dengan iman dan budaya malu ya Bu, pasti semua akan bermartabat..

    BalasHapus
  7. Kalau melihat konten internet saat ini, kita menjadi tuurt prihatin, bagaimana kalau konten dewasa tersebut diakses dan dilihat oleh anak-anak yang belum cukup umur. Mengapa konten tersebut tidak diblokir saja ? Bagaimana dengan pendidikan budi pekerti di sekolah ? Bagaimana dengan mutu tayangan di televisi ? Mengapa banyak terjadi tindak kekerasan, asusila, penyalahgunaan obat-obatan dan lainnya. Menjadi tugas para orang tua, guru, ulama dan pemerintah untuk bersama-sama membentuk karakter anak bangsa yang shalih dan shalihah. Semoga sukses.

    BalasHapus
  8. All @ Semoga anak-anak kita selalu dalam lindungan Allah SWT dari bimbingan, arahan dan doa kita sebagi orang tua.

    Terimakasih singgahnya...

    Mba Seiri @ hmm...postingan ini bukan lomba mba, tapi hanay sekedar partisipasi aja mba...makasih yaa...

    BalasHapus
  9. iya nih, tontonan beberapa acaratv kayanya punya andil besar merusak moral anak bangsa...
    nice post mbak...

    BalasHapus
  10. tayangan yang baru-baru ini lebih parah lagi. Masa ada sinetron remaja yang masih duduk di bangku SMA tuh, ada adegan minta cium segala. Ditambah dengan artis cilik yang mulai suka pacaran and media menayangkannya dengan bumbu yang menarik.
    Yang lebih mengherankan lagi, anak usia SD, ada yang mau dijodohkan.

    BalasHapus
  11. Makanya saya tidak berani kasih anak-anak HP dengan akses bluetooth atau internet mbak, takut ada yg kirim konten yg tdk baik. Seringkali, org tua sdh menjaga sedemikian rupa anak2nya dr gempuran budaya yg buruk, ttp aja ada yg nyelonong dari luar terutama lewat teman. Jai mnrt saya orang tua tidak salah utk memperhatikan dengan siapa anaknya berteman

    BalasHapus
  12. ps: judul dan url postingan ini sudah saya backlink di update tgl 2 juli. terima kasih yaaa

    BalasHapus
  13. Untuk kembali ke budaya timur, mari kita awali dengan mengadakan gerakan bersama untuk berbenah diri sendiri dan keluarga kita serta lingkungan! Semoga Allah memberi kemudahan langkah kita membentuk lingkungan yang berbudaya timur dan agamis! Amin!

    BalasHapus
  14. saya mendukung usaha ini. Ini tanggung jawab kita bersama, bukan?

    BalasHapus
  15. semua pihak sebenarnya bertanggungjawab dalam masalah ini dan pihak broadcast sepertinya paling berandil besar dalam mendoktrin melalui tayangan2 sinetron,
    saya kadang dibilang katro sama temen teh, karena gak bisa bergaul seperti model anak sekarang yang sepertinya sudah 'jauh' dari relnya..
    jadi alkatro gapapa deh..yang penting ga pegang-pegang/ tempel-tempelan sama orang yang bukan muhrimnya :)

    BalasHapus
  16. kemajuan jaman, konsumerisme, serbuan budaya asing membuat budaya malu tergerus.
    Mungkin bentar lagi musnah,kalotidak kita jaga.

    BalasHapus
  17. Hilang waru'ah kata orangtua, saat rasa malu tercabut dari hati, maka norma tak lagi dijadikan panutan. Seyogyanya kita selalu menomorsatukan nilai-nilai agama dalam segala lini kehidupan.

    Apakabar Teh? Maaf saya baru blogging lagi

    BalasHapus
  18. selamat malam...

    selut nih sama TRIMATRA dan pesan moralnya

    BalasHapus

Dengan senang hati kami menerima komentarmu sahabat ,Terimakasih !

Bookmark and Share